Senin, 03 Agustus 2009

DOUBLE HAPPINESS

Mungkin Anda pernah melihat kaligrafi Tionghoa ini. Karakter kaligrafi ini cukup sering muncul dalam kartu ucapan selamat untuk perkawinan atau ditampilkan sebagai latar belakang pelaminan dalam perkawinan Tionghoa.

Dalam bahasa Inggris seringkali diterjemahkan sebagai "double happiness" atau "double joy". Karakter ini terdiri dari dua karakter yang disandingkan. Kalau berdiri sendiri, masing-masing punya makna "happy" atau senang. Tetapi secara tradisional, bila kedua kareakter itu disandingkan menjadi satu, akan memberikan makna "baru" yaitu kesenangan ganda atau kebahagiaan yang berlipat.

Memang penggabungan huruf ini punya sejarahnya sendiri pada masa dinasti Tang di Tiongkok (lihat "dobule happiness" di wikipedia), tetapi saya tidak bermaksud untuk mengajari Anda soal sejarah. Saya hanya ingin menggunakannya sebagai suatu ilustrasi untuk rumah tangga dengan memberinya "makna" yang berbeda.


1. Kebahagiaan itu lebih bermakna bila dinikmati bersama. Bisa saja seorang menikmati kebahagiaannya sendirian. Tetapi, ketika kebahagiaan itu dibagikan kepada orang yang dicintainya, maka dia tidak akan merasa kebahagiaan berkurang. Malah sebaliknya dia akan menemukan kebahagiannya dilipatgandakan. Kita ini diciptakan dengan kapasitas untuk disenangkan, ketika orang lain senang karena keberadaan kita. Kita merapa puas ketika kita menyadari bahwa kita bisa memuaskan orang lain. Ada rasa berharga ketika kita bisa memberikan penghargaan kepada orang lain. Apa lagi kalau orang yang kita bahagiakan itu adalah orang yang paling dekat dengan kita seperti belahan jiwa kita yaitu suami atau istri. Kalau kita membahagiakan dia pastilah yang berbahagia bukan saja dia (seorang diri), tetapi juga kita berdua.

2. Kebahagiaan itu berlipat ketika suami atau istri memiliki sumber kebahagiaannya sendiri. Sumber kebahagiaan yang tak pernah kering adalah Pencipta kita. Kita masing-masing bertanggungjawab untuk menjaga relasi vertikal ini, supaya tidak "putus hubungan" dengan Sumbernya. Tidak "fair" kalau salah satu menuntut pihak lain untuk memenuhi kebahagian kita . Lalu siapa yang memenuhi kebutuhan mereka untuk dibahagiakan. Mereka kan punya hak yang sama. Kalau kita saling menuntut begitu, maka kita tidak akan pernah menikmati kebahagiaan yang abadi. Paling-paling kita hanya menikmati kesenangan sesaat ketika kemauan kita dituruti oleh orang lain.

3. Kebahagiaan itu berganda ketika suami memusatkan upayanya untuk membahagiakan istrinya sebelum kebahagiaan pribadinya. Dan istri, pada waktu yang sama berupaya untuk memrioritaskan kebahagiaan suaminya di atas kebahagiaannya sendiri.

Selamat mencoba.

Kamis, 30 April 2009

Dilahirkan untuk Dilepaskan, Dinikahi untuk Disatukan

SS Hidup ini sudah ada aturannya. Jangan dibalik-balik! Tanpa sadar sering kita melihat hubungan kita dengan anak lebih erat dari hubungan dengan suami, atau istri. Emosi kita seolah-olah berkata, "Anak itu lahir dari kita, sedangkan suami atau istri itu kan asalnya orang lain" Pernyataan ini benar. Tetapi ini baru awalnya.

Dengan hadirnya seorang anak, seolah-olah sudah jadi kewajiban, orang tua memusatkan semua waktu dan perhatiannya kepada anak dan karier (sumber rejeki - untuk anak). Kebutuhan hubungan antara suami dan istri sementara "dikesampingkan". Ketika anak mulai dewasa dan mau melepaskan diri dari kita, kita menjadi sedih bahkan sakit hati. Dan tidak jarang ketika mereka benar-benar menikah dan meninggalkan rumah, rumah tangga kita jadi kosong, seolah-olah kehidupan kita ikut terbawa mereka pergi. Sedangkan hubungan suami istri yang kita biarkan tak terpelihara sudah lama mati tanpa kita sadari karena tertutup kesibukan mengurus anak.

Suami dan istri disatukan dalam pernikahan yang permanen. Dari orang asing tapi sudah mengalami proses "merger" atau "fusion" menjadi satu kesatuan dan kemitraan. Masa berlakunya seumur hidup. Apapun yang kita alami tidak akan kita ijinkan untuk menjadi pemecah kesatuan ini. Dan kalau mungkin segala kesalahan dan konflik cepat kita bereskan supaya tidak merongrong keutuhan relasi istimewa ini. Tidak boleh ada yang mengganggu, bahkan anak sekalipun. Sebaliknya kemitraan yang terus diperdalam ini yang akan menjadi sumber energi kita bersama untuk membesarkan anak-anak bersama.

Anak yang kita lahirkan, suatu waktu harus kita lepaskan. Jadi dari kecil kita melatih mereka untuk mandiri. Makan sendiri, mandi sendiri, belajar sendiri dan pergi tanpa kita temani. Sesuai dengan perkembangan umur mereka, mereka akan mulai menunjukkan "gejala" menjauhi kita atau tidak membutuhkan kita. Ini normal, karena sudah menjadi bagian dari proses menjadi mandiri. Bukankah itu yang kita ingini. Kenapa sakit hati? Bukannya malah harus bergembira karena upaya kita mendewasakan mereka mulai berhasil.

Jangan sampai anak kita lahirkan untuk tidak kita lepaskan. Sedangkan suami atau istri kita biarkan terlepas. Coba renungkan dan teliti hidup Anda.

Jumat, 17 April 2009

Berbuat baik itu tergantung MOTIVASI-nya

MJ Saya masih ingat ketika masih dalam fase pendekatan dengan seorang gadis (yang sekarang jadi istri saya). Apa pun saya rela lakukan untuk mendapatkan hatinya. Tidak ada yang "sukar". Hujan, angin dan banjir saya terobos justru untuk membuktikan cinta saya. Makin sulit tantangannya makin bernafsu saya untuk mengatasinya. Apalagi waktu itu masih perlu membuktikan kalau saya lebih baik dari pria-pria lain yang juga sama-sama sedang cari peluang untuk mencuri hatinya.

Coba lihat petugas "CS" atau customer service, walaupun sakit kepala "nyut-nyut" masih juga senyum pada pelanggan yang di hadapinya. Kalau terima telpon masih juga manis sapaannya. Koq bisa? Bahkan dia melakukan semua itu tanpa harapan untuk dibalas dengan kebaikan juga oleh orang yang dilayaninya. Tentu imbalannya dari atasannya yang memberikan gaji yang pantas. Tapi kalau tiba di rumah, belum tentu sikap ini masih berlaku. Mudah-mudahan itu tidak terjadi karena yang di rumah tidak ada yang bayar.

Saya hanya belajar bahwa untuk berbuat baik itu tidak sulit asal ada MOTIVASInya. Sering kita tidak punya MOTIVASI untuk berbuat baik karena merasa tidak ada imbalannya.

Kalau perbuatan baik kita hanya untuk imbalan, maka perbuatan itu "tidak cukup baik". Dan lagi setiap perbuatan baik kita dicatat oleh Pencipta kita. Dia pasti tidak membiarkan segala yang baik dari kita berlalu begitu saja tanpa perhatian-Nya. Semoga ini jadi MOTIVASI kita untuk berbuat baik.

Kamis, 16 April 2009

Apa susahnya menyenangkan SATU orang seumur hidup?

SS/praN"Susah sekali menyenangkan banyak orang". Ya pasti susah! Setiap orang punya selera, harapan dan tuntutan yang berbeda. Tetapi siapa suruh menyenangkan semua orang?. Kalau kita hanya perlu menyenangkan SATU orang saja, apalagi diberi kesempatan untuk mencoba dan mencoba lagi selama seumur hidup, tentu akan lebih mudah. Kalaupun ada yang belum sesuai dengan keinginannya, masih ada kesempatan untuk menyesuaikan. Lalu dicoba lagi.

Kalau saja suami atau istri punya semangat untuk menyenangkan pasangan hidupnya (SATU orang saja) untuk seumur hidupnya, alangkah bahagianya pasangannya. Susah? "Kalo cuma satu orang apa susahnya?" Tapi yang buat susah kalau kita lalu bertanya, "Terus yang nyenangkan aku siapa?" Ketika kita mulai menuntut untuk disenangkan, maka kemampuan kita untuk menyenangkan orang lain akan berkurang.

Begini saja, yang menyenangkan suami adalah istri, dan yang menyenangkan hidup istri adalah suaminya. Dan ini dicoba dan diupayakan seumur hidup. Ketika kita melakukannya kita melihat kebahagiaan merekah di hidup orang yang paling dekat dengan kita. Kalaupun susah-susah sedikit, terus aja lakukan. Tidak saja membuat hidupnya lebih bermakna tetapi juga hidup kita - karena kita mau dan ikhlas membuat hidup SATU orang bahagia. Alangkah luhurnya.

Selasa, 14 April 2009

Persepsi yang terpola oleh kegagalan

MJ Saya pernah mendengar cerita bahwa gajah-gajah sirkus itu diikat oleh tali yang sebenarnya jauh lebih lemah dari kekuatan si gajah untuk memutuskannya.
Sejak kecil gajah-gajah itu diikat atau dirantai dengan rantai dan ukuran yang lebih kuat dari kekuatan gajah kecil untuk mematahkannya. Sehingga berbulan-bulan berusaha untuk lolos tidak membuahkan hasil. Akibatnya sudah dapat diduga. Gajah-gajah itu seolah-olah mengambil kesimpulan bahwa dia tidak akan pernah mampu untuk membebaskan dirinya dari ikatan itu. Dia tidak menyadari bahwa dia sekarang lebih besar dan lebih kuat. Apalagi kalau setiap hari diberi makan dan dirawat dengan baik, sehingga motivasi untuk membebaskan diri lama-lama terkikis oleh waktu. Ketika dia menjadi lebih besar dan lebih kuat, si pemilik gajah tidak perlu lagi mengikatnya dengan tali atau rantai yang terlalu besar, karena pikiran dari gajah-gajah itu sudah terpola oleh kegagalannya di masa lalu. Pikirannya yang sudah terikat oleh pengalaman massa lalunya. Oleh karena itu, berpikir untuk bisa lolos saja tidak lagi dilakukannya.

Apakah Anda kira Anda tidak akan bisa melakukan sesuatu karena pernah gagal berkali-kali. Jangan putus atas, apalagi melabel diri "sampai kapan pun aku tak akan mampu". Saya kira Anda lebih pintar dari gajah.

Senin, 13 April 2009

Mau sukses dalam pernikahan, belajar dari Bulutangkis


SS/praN Ada-ada saja. Apa hubungan pernikahan dengan bulutangkis? Memang tidak ada. Tapi ada persamaan prinsip antara pernikahan dengan main bulutangkis ganda. Kalau kita main ganda artinya kita punya pasangan main. Di bawah ini adalah pelajaran yang kita bisa pakai untuk membangun rumah tangga kita.

1. Main itu ada aturannya. Mau main bulutangkis harus pakai aturannya, harus ada garis-garisnya dan ada netnya. Coba main bulu tanggis tanpa aturan, asal pukul, mau pakai raket boleh, kalau terpaksa pakai tangan langsung juga boleh. Bola kemana pun harus dikejar dan tidak ada "out"nya. Apa asyiknya? Apa kita harus main sampai salah satu tersungkur habis nafas?

Kalau mau asyik dalam pernikahan, pakai aturan. Sepakati dulu aturan Kitab Suci untuk hal-hal yang prinsip. Seperti kalau main bulutangkis pukulnya tidak boleh rebutan. Ini prinsip kan? Tetapi kita perlu juga membuat aturan dan berbagai kesepakatan yang lebih rinci. Misalnya, siapa yang akan mencatat keuangan keluarga, siapa yang bertanggung jawab untuk menyimpan surat atau dokumen yang penting. Masakan setiap kali kita harus mengambil koin untuk dipakai mengundi. Yang menang bebas dari tanggung jawab, yang kalah wajib bekerja. Kalau sudah ada aturannya, mainnya pasti lebih enak.

Aturan ini bisa saja direvisi sewaktu-waktu. Dirembuk lagi, disesuaikan dengan kondisi yang mungkin sudah berubah. Kalau anak lahir, maka tugas-tugas istri bisa dibagi dengan suami, kalau anak sekolah, siapa yang mengantar sekolah, dst. Lalu buat kesepakatan baru.

2. Lawannya ada di seberang net. Dalam rumah tangga, masalah bisa membuat suami istri bertengkar. Seolah-olah kita saling berhadapan dan dipisahkan oleh net. Padahal "lawan" seharusnya dihadapi bersama. Masak ada pemain bulu tangkis ganda yang saling melakukan smes pada kawannya sendiri karena jengkel? Tapi kalau kita jujur, kadang-kadang ada masalah kecil yang membuat kita bertengkar dengan pasangan kita padahal dia adalah mitra kita. Mana bisa menang dengan cara begini?


3. Penonton tidak boleh ikut main. Penonton selalu di luar garis. Jangan boleh masuk ke lapangan. Runyam. Kalau kita tidak hati-hati, bisa saja kita dipengaruhi oleh pendapat orang lain tentang penikahan dan rumah tangga kita. Padahal mereka hanya penonton. Yang namanya penonton, lebih banyak komentarnya. Belum tentu mereka bisa main dengan baik, tapi kritiknya mengalahkan kolumnis berita olah raga. Sudah jangan terlalu pedulikan omongan orang. Yang penting bagaimana kita berdua saja. Kan yang "njalani" kita, kenapa orang lain ikut-ikutan. Kalau orang tua dan mertua itu termasuk penonton atau tidak? Atau di keluarga saudara mereka ikut main? Wah lapangannya jadi sempit dong. Tanpa sengaja bisa saling menjegal.

Lain hanya kalau dia pelatih kita. Mungkin kita perlu orang lain untuk mengevaluasi permainan kita. (Kalau di keluarga orang tua dan mertua tidak pada posisi sebagai pelatih kita. Mereka mantan pelatih ketika kita main tunggal- sebelum menikah) Baru kita boleh terbuka pelatih (kalau ada) supaya mereka bisa obyektif menilai kita. Kalau penonton, biar nonton aja. Mau teriak boleh, mau komentar boleh, tapi tak perlu direspons atau didengarkan


4. Kenali kekuatan dan kelemahan pasangan kita.Kalau yang kuat di smes, mainnya di belakang. Kalau yang tangannya halus main net, berdirinya di depan. Suami dan istri juga pasti ada kekuatan dan kelemahannya, kalau semua itu di atur, bisa saling mengisi. Mainnya jangan dikuasai sendiri. Mau menang sendiri atau menang-menangan? Harus ada semangat menang bersama.

5. Selalu memberikan semangat. Kalau luput mengembalikan smes, jangan malah diejek, dicibir dan di"bodoh-bodoh"kan. Dia bukan musuhmu, tapi pasanganmu. Kalah-menangmu tergantung dari dia. Coba di semangati, dipuji, diberi kata-kata yang menghibur, dimaafkan, diberi senyuman, tambah semangat mainnya.

6. Temukan sendiri. Kan Anda sudah tahu maksudnya.
Selamat bermain. Coba berusaha. Semoga menang bersama.

Kamis, 12 Maret 2009

Dansa dalam Pernikahan (2)

4. Ada pembagian peran. Ada yang memimpin dan yang lain mau dipimpin. Dalam dansa ballroom, selalu ada yang memimpin dan yang lain dipimpin. Pedansa pria memimpin dengan kelembutan sehingga penonton tidak akan melihat dia menarik dengan kasar atau mendorong pasangan dansanya seenaknya . Demikianlah dalam pernikahan yang harmonis, ada pembagian peran. Suami memimpin dengan kasih sayang, dan istri mengikuti dengan rasa hormat. Kepemimpinan ini bisa saja didelegasikan, misalnya istri bertugas mengelola ekonomi keluarga, atau pendidikan anak. Tetapi semuanya masih di bawah tanggung jawab suami dan dikerjakan bersama dalam satu semangat kerjasama tim.
5. Tidak menyerah. Seorang yang sedang belajar dansa pasti tahu bahwa kunci keberhasilannya adalah berlatih, berlatih, tidak putus asa dan berlatih lagi. Ada langkah-langkah dasar, kalau sudah bisa ada langkah-langkah tambahan untuk yang tingkat mahir. Setelah kita belajar bagaimana sih jadi suami yang baik, istri yang mendukung, lalu ada peningkatan. Bagaimana menjadi ayah, bagimana menjadi ibu, waktu anak-anak masih bayi, mulai bisa berlari, dan masuk sekolah. Semua ini adalah bagian dari musim kehidupan yang menantang kita untuk melangkah dengan variasi yang sebelumnya belum kita kuasai. Kalau ada kegagalan dan salah langkah, itu sih biasa. Kalau jatuh, bangun lagi, asal kita selalu berdua, bermitra dan bekerja sama.
6. Menyenangkan dan indah. Kalau kita tekun, akhirnya kita akan sampai pada "level" mahir. Kalau sudah sampai di sini, dansa itu jadi sangat menyenangkan dan indah. Menyenangkan bagi yang berdansa dan indah bagi yang melihatnya. Orang tua, mertua, anak-anak, teman dan semua orang sekitar kita akan "enjoy" melihat kehidupan kita dan ikut bergembira.
7. Pelatih. Mengapa pedansa butuh pelatih? Kita tidak perlu belajar hal-hal yang salah dulu untuk bisa melakukan hal-hal yang benar. Pelatih akan menunjukkan trik dan tips pernikahan supaya kita tidak harus jatuh bangun. Pelatih itu biasanya orang yang lebih dewasa dan lebih lama menikah. Kita juga bisa belajar dari buku-buku panduan pernikahan. Yang penting jangan malu bertanya, jangan berhenti belajar.

Bagian manakah dari pernikahan Anda yang perlu dibenahi? Jangan pernah putus asa sampai semuanya menjadi indah dan menyenangkan. Selamat belajar!

Dansa dalam Pernikahan (1)


Pernikahan itu seperti orang berdansa. Kalau kita jeli, kita bisa belajar banyak dari contoh sederhana ini.
1. Berdua tetapi menyatu. Dalam pernikahan semangat untuk bersatu seumur hidup itu yang menjadi dasar untuk membangun kehidupan yang baik di atasnya. Satu artinya eksklusif, tidak ada orang atau pihak lain yang kita ijinkan untuk berada di antara kita berdua, baik itu anak, orang tua, atau masalah.
2. Syarat utama bisa berdansa bersama adalah bisa berdiri sendiri. Wajar kan? Bagaimana kita bisa berdansa kalau berdiri saja tidak bisa? Orang yang lumpuh akan membebani pasangannya. Ujung-ujungnya mereka berdua akan jatuh. Seperti orang yang mau bermitra dalam bidang bisnis, masing-masing sudah punya modal sendiri. Seorang yang akan menikah harus memiliki modal kedewasaan. Kedewasaan ditandai dengan kemandirian. Mandiri berarti bisa hidup sendiri. Tidak lagi bergantung secara emosional atau ekonomi pada orang lain.
3. Tentukan irama lagunya. Irama dasarnya harus sepakat dulu. Kalau yang satu mau CHA-CHA sedangkan yang lainnya pilih WALTZ, pasti kacau jadinya. Kesamaan iman menjadi sangat penting karena kalau yang dasar saja kita tidak sepakat, maka yang lainnya akan tergantung dari yang satu ini.

Menentukan irama itu berarti juga berarti bersama-sama menyepakati panduan dari Kitab Suci yang kita percayai. Karena pernikahan itu bagian sentral dari kehidupan manusia, tentulah Pencipta Hidup manusia tidak akan menelantarkan ciptaan-Nya dengan membiarkan mereka mencar-cari jalan dan kiat sendiri untuk hidup di dalam pernikahan. Kalau Dia yang menciptakannya, pasti Dia pula yang tahu jalan terbaiknya.

Selama perjalanan hidup, ada kesepakatan-kesepakatan lainnya yang kita buat. Menyatukan pandangan, nilai dan impian, kita lakukan dan sesuaikan terus menerus, sepanjang hidup karena hidup ini juga sering kali berubah irama. Kehadiran anak, pindah kerja, pindah rumah, orang tua sakit, sering kali membutuhkan penyesuaian dan kesepakatan baru. (bersambung)

Kamis, 26 Februari 2009

Minta MAAF yang LENGKAP

MJ Kata maaf seringkali menjadi kata "ajaib" atau password yang membuka pintu untuk pemulihan relasi yang telah dirusak oleh kesalahan satu pihak. Tetapi sering kali kita kurang belajar untuk mengungkapkan perasaan penyesalan kita, sehingga permohonan maaf kita terasa sangat ringan, seolah-olah kita ucapkan sambil lalu. Kalau sudah begini, maka "maaf" itu malah bisa memicu perasaan negatif dari yang mendengarnya.

Inilah cara minta maaf yang LENGKAP, yang bila disampaikan secara sungguh-sungguh akan menimbulkan pemulihan hubungan.

1. Aku menyadari kesalahanku
2. Aku menyesali perbuatanku/ keputusanku/ perkataanku/sikapku kepadamu
3. Aku minta dimaafkan
4. Aku berjanji untuk berusaha tidak melakukan kesalahan yang sama

Mudah-mudahan Anda tidak sampai perlu melakukannya. Tetapi bila memang perlu, maka lakukan dengan serius dan benar sehingga, kita mendapatkan hasil yang maksimal.

Budayakan "terima kasih"?

MJ Kapan terakhir kali Anda mengucapkan "terima kasih"? Mungkin baru saja; untuk orang yang baru saja membukakan pintu, kepada tukang parkir yang telah memandu proses parkir mobil Anda, atau kepada orang yang tadi menunjukkan jalan kepada Anda.

Kalau Anda seperti saya, "terima kasih" merupakan bagian yang wajib dalam sopan santun pergaulan kita. Sebagai orang yang berbudaya dan beretika, sudah wajar kita berterima kasih. Dengan berterima kasih, kita memberikan penghargaan atau apresiasi untuk apa yang sudah dilakukan orang lain bagi kita.

Tapi kali ini saya ingin kita fokus pada sekelompok orang yang sudah berjasa lebih banyak dari orang lain, tetapi jangan-jangan mereka malah menjadi orang yang paling jarang mendengar ucapan terima kasih dari kita. Siapakah mereka? Buka mata hati kalian. Saya harap kalian menemukan jawabannya. Mungkin istri, suami, anak-anak, atau orang tua kita. Kita perlu menghargai pengorbanan mereka, bantuan mereka, kerja keras mereka dan masih banyak lagi.

Kapan terakhir kali kalian berterima kasih kepada golongan orang yang terkahir ini? Baru saja? Atau segera setelah membaca ini? Good luck. Be the best person you can be for the one most close to you. Terima kasih karena Anda mau membaca tulisan ini.

Jumat, 20 Februari 2009

Maaf belum sempat tulis yang baru...



Ini ada hadiah hiburan untuk ingatkan kita semua untuk tetap akur. Salam.

Kamis, 12 Februari 2009

Indra kita tidak cukup ampuh untuk melihat KEBENARAN


MJ. COBALAH MENYUSUN DADU SEPERTI INI!
Sering kita berpandangan bahwa kita yang paling benar. Yang menurut kita benar, belum tentu benar. Indra kita tidak cukup ampuh untuk melihat kebenaran. Jadi jangan "ngotot" benar.
PELAJARAN:
Kita butuh standar. Untuk panjang kita butuh meteran. Untuk berat kita butuh timbangan, tidak bisa dikira-kira dengan tangan. Untuk tempratur kita butuh termometer. Untuk "benar-salah" kita butuh peraturan dan hukum. Untuk moralitas kita butuh Sabda TUHAN. Jangan direka-reka sendiri. Apalagi pakai perasaan. Banyak salahnya.


Selasa, 10 Februari 2009

Jangan Sombong- sama nyamuk aja kalah


MJ. Makin pandai, makin kaya dan makin kuat seseorang biasanya lebih mudah menjadi sombong. Seolah-olah semua bisa diatur dan dibelinya. Padahal sebenarnya kita ini tidak sekuat yang kita sangka. Banyak kelemahan yang tidak dapat ditutupi dengan kekuatan kita.

Ini yang saya pikirkan ketika saya melihat orang yang badannya gede, yang sehari-hari kelihatan kuat, sekarang tergolek lemah dengan berberapa infus sekaligus yang digerojok ke dalam pembuluh darahnya. Dia kena demam berdarah. Kalau dipikir, yang gede bisa ditaklukkan dengan mudah oleh nyamuk dengue yang kecil. Bahkan bisa dibuat mati. Tentu bukan ini harapan saya. Harapan saya adalah agar kita menyadari bahwa kita itu selalu ada lemahnya. Sama nyamuk aja bisa kalah. Jadi jangan sombong. LINDA

Senin, 09 Februari 2009

Belajar MIKIR dulu baru NGOMONG

MJ. Ketika kita kecil kita diajari untuk ngomong sebelum kita bisa mikir. Ngak peduli apa yang keluar dari mulut seorang anak kecil, itu sudah membuat orang tua senang sekali. Padahal ketika pertama kali kita bisa ngomong, kita belum bisa mikir.

Ketika kita besar kebiasaan ngomong sebelum mikir bisa kebawa-bawa. Jadi sekarang kita harus melatih diri sendiri untuk mikir dulu baru ngomong untuk merombak kebiasaan waktu kecil. Supaya kita tidak bertindak seperti anak-anak. Anda setuju?

Senin, 02 Februari 2009

Tenggang Rasa Seorang Pesumo


MJ Dalam satu wawancara dengan seorang jawara SUMO, seorang wartawan asing menanyakan, "Mengapa kita tidak melihat adanya ekspresi emosi yang gembira dari seorang pesumo setelah dia memenangi sebuah pertandingan?" Memang mereka memasang wajah "datar-datar" saja, baik yang kalah maupun yang menang. Hal ini tidak seperti yang kita jumpai pada pertandingan olah raga yang lain.

Jawabannya, mengajarkan suatu kebajikan kepada kita semua.
"Buat apa? Kita menyadari bahwa yang baru kita kalahkan adalah seorang manusia juga"

Minggu, 01 Februari 2009

Haruskah kita akrab dengan semua orang?

MJ Saya ingin jadi orang yang baik. Maksudnya, baik dengan semua orang. Itulah sebabnya saya berusaha untuk berteman dengan semua orang, termasuk kerabat suami, tetangga, kolega suami dan kenalan jemaat gereja. Teori dan teknik untuk mengenal seseorang dengan lebih baik saya coba; mulai dari hafal namanya-saya tak pernah punya masalah dengan yang ini, menunjukkan sikap menghargai, mau menerima kepribadiannya, menunjukkan interes dengan menanyakan apa yang jadi kesukaannya, dll.

Tetapi setelah bertahun-tahun berusaha tetap saya tidak berhasil menjalin hubungan yang akrab dengan semua orang. Apalagi untuk menjalin relasi perlu usaha dari kedua pihak. Hanya beberapa orang saja yang bisa saya sebut sebagai sahabat. Hanya dengan mereka lah ada kecocokan "chemical". Ngomongin apa saja rasanya pas, sehingga kita merasa santai dan bisa bicara terbuka, termasuk menerima kekurangan-kekurangan kita, bahkan tertawa atas kesalahan masing-masing tanpa merendahkan atau merasa direndahkan. Enjoy aja!

Ternyata saya belajar bahwa kita tidak "harus" bisa akrab dengan semua orang untuk menjadi orang baik, tapi yang lebih penting adalah mengusahakan untuk damai dengan semua orang. Karena orang yang membawa damai, akan berbahagia dan disebut anak-anak Allah. (Injil Matius 5:9). Yang kedua kita harus berusaha ramah kepada semua orang (2Timotius 2:24). Kita tidak bertanggung jawab untuk sikap mereka kepada kita, tetapi kita bertanggungjawab atas sikap kita kepada orang lain.

Ditulis oleh Paulus berdasarkan pengalaman Linda.

Jumat, 30 Januari 2009

Kamis, 29 Januari 2009

Jangan Cerewet















RAJA HUTAN aja gak tahan!!

Mulut, Penyakit, dan Masalah

MJ Saya suka bertukar kata-kata bijak. Salah-satunya dengan seorang yang rajin berolahraga. Umurnya 63 tahun, tetapi larinya lebih kencang dan lebih kuat dari saya yang limabelas tahun lebih muda. Dia disiplin menjaga apa yang dimakannya. Dan inilah kata-kata bijaknya dari bahasa Tionghoa:

PENYAKIT ITU AKIBAT APA YANG MASUK KE DALAM MULUT
MASALAH ITU AKIBAT APA YANG KELUAR DARI MULUT


Anda setuju?

Apa beda "small brain" dengan "big brain"?

MJ Saya paling suka belajar dari orang yang saya anggap lebih "tua", lebih bijak atau lebih berpengalaman. Salah satunya adalah Mr. Albert Low. Pengalamannya: asisstant chief police commisioner S'pore, anggota Interpol, anggota Tripartite (pemerintah-pengusaha-buruh), anggota penggulangan penyalahgunaan narkotika, direktur di beberapa perusahaan, gelar sarjana (s/d doktor) bidang ekonomi, bidang theologia, dan adminstrasi bisnis. pemegang sabuk hitam Tae Kwon Do dan Karate. Di bidang rohani, beliau adalah pemimpin di gereja. Kalau Anda menduga saya mengidolakan beliau, Anda tidak salah.

Bertemu orang seperti ini sangat langka. Saya sempatkan untuk minta dia mengajar saya. Ini yang dia ajarkan: "Small brain talk about people. Medium brain talk about events. Big brain talk about concepts" (Otak yang ukurannya kecil bicaranya selalu tentang manusia (gosip). Otak ukuran menengah bicara tentang berbagai kejadian yang menarik di sekitar kita (kayak yang ada di koran). Otak yang berukuran gede bicara tentang konsep)

Bukannya tidak boleh bicara tentang orang lain atau tentang kejadian-kejadian menarik, tapi saya belajar untuk meng-audit isi pembicaraan saya. Setiap kali saya mulai banyak bicara atau ngrumpi soal orang lain, saya jadi ingat kata-kata ini dan membatasi bicara saya, karena saya mau belajar punya otak yang gede. Bagaimana dengan Anda?

Rabu, 28 Januari 2009

"Tubuh Pinjaman"

MJ Seandainya kita ini butuh mobil, tetapi kita tidak mampu membelinya. Lalu ada orang yang berbaik hati meminjami salah satu mobilnya yang baru dan canggih dengan pesan "boleh dipinjam dan dinikmati selama kamu butuh asal dirawat". Bahan bakar dan biaya perawatannya saja yang jadi bagian kita.

Betapa senangnya dapat mobil pinjaman yang tidak perlu bayar sewa. Tapi lalu bagaimana sikap kita terhadap barang pinjaman ini. Bisa-bisa kita menikmatinya sampai lupa diri dan kurang merawatnya. Kita memakainya di luar batas kemampuannya, tidak memperhatikan pergantian oli dan service berkala. Bagaimana pun kuatnya mobil itu, tanpa perhatian dan pemeliharaan akan segera tampak usang dan rusak. Apa yang harus kita katakan kepada pemiliknya ketika kita mengembalikannya nanti. Akan kah hal itu akan membuat si dermawan menggeleng-gelengkan kepalanya dengan raut muka yang sedih? Dia paham bahwa mobil pun bisa jadi tua, tetapi kondisi ini bukan karena usia, tetapi karena keteledoran.

Bagaimana kalau tubuh yang kita "pakai" ini tubuh "pinjaman". Sudah kah kita merawatnya? Bila tiba waktunya untuk mengembalikan ke pemilik aslinya, bagaimana kondisinya? Mungkin cara berpikir seperti ini akan melecut kita untuk lebih memperhatikan sikap dan perlakuan kita terhadap tubuh kita sendiri.

Are you a taker or a giver?

SS Apakah kendala utama kebahagiaan rumah tangga? Uang, ketidakmampuan berkomunikasi,ketidakpahaman karakter pasangan, seks, karier, soal anak atau soal mertua? Daftar panjang ini dapat diperpanjang lagi, tetapi sebenarnya kendala utama hubungan suami dan istri adalah ego. Ego artinya sikap mau menang sendiri.

Orang yang egois memasuki pernikahan sebagai "taker" atau penuntut. Dan kalau ada dua orang penuntut dalam pernikahan itu, maka dalam hitungan bulan saja biduk rumah tangga mereka akan kandas. Kalau misalnya yang seorang penuntut sedangkan yang lainnya "giver" atau pemberi, maka tergantung daya tahan sipemberi, tetapi biasanya cepat atau lambat akhirnya pernikahan itu kandas juga.

Kalau suami dan istri sama-sama seorang "giver" atau pemberi, maka akan ada pelipatgandaan cinta dan respek. Dan dimana ada cinta di situ ada kerukunan. Dan dimana ada kerukunan di situ ada rejeki. Termasuk golongan yang manakah Anda? "Taker" atau "Giver"?

Rabu, 21 Januari 2009

Lebih baik minum "vitamin" dari pada "obat"

MJ Di era krisis seperti ini, banyak orang yang menawarkan kiat-kiat, solusi, breakthrough, bahkan mujizat. Memang orang yang sakit butuh obat. Orang sakit butuh solusi dan bertanya, saya harus makan apa, atau apa yang harus saya hindari supaya sembuh. Istilah ilmiahnya adalah upaya "kuratif".

Sebenarnya ada hal-hal yang lebih mendasar (yaitu upaya "promotif ") yang harus kita pelajari yaitu bagaimana kita bisa hidup sehat dan tidak gampang sakit; sehat jasmani, sehat ekonomi, sehat hubungan dengan orang lain, sehat emosi dan sehat rohani. Contoh di bidang kesehatan jasmani, misalnya kita belajar bagaimana makan yang bergizi, tidur yang cukup, olahraga yang sesuai dan mengonsumsi vitamin. Untuk bidang ekonomi, kita membiasakan hidup hemat, mencukupkan diri, menabung, dan punya rencana keuangan masa depan dsb. Di bidang rohani, kita belajar hidup dekat dengan Tuhan- setiap hari, bukan hanya kalau ada masalah. Kita membisakan hidup dipimpin oleh-Nya supaya terhindar dari banyak masalah karena salah melangkah. Dan kalaupun harus melalui masa susah, kita belajar untuk menghadapinya bersama dengan Dia. Supaya setelah semuanya selesai kita jadi lebih "sehat dan kuat". Sehingga krisis berikutnya dapat kita hadapi dengan tenang.

Krisis memang membuka peluang untuk belajar tentang solusi, tetapi mari kita ingat ada informasi yang lebih penting dari semua itu yaitu belajar hidup "sehat" supaya ketika banyak orang sakit kita bisa bertahan. Lebih baik minum vitamin dari pada obat.

Selasa, 20 Januari 2009

Humility (Kerendahan hati)

Readed Digest:
HUMILITY IS LIKE AN UNDERWEAR. YOU MUST HAVE IT, BUT YOU DON'T HAVE TO SHOW IT.
(Kerendahan hati itu seperti pakaian dalam. Kamu harus memakainya tetapi tidak perlu mempertontonkannya)
Benar juga ya (Paulus)

Senin, 19 Januari 2009

Are You God?

MJ Perang Dunia II- seperti yang saya ingat dari kisah yang pernah saya baca- Jerman menluluhlantakan London dengan bom dari pesawat terbangnya sebelum tentara Amerika datang memberikan kebebasan. Seorang American GI (tentara Amerika) berjalan-jalan di tengah kota yang porak poranda. Dia melihat satu pemandangan yang memilukan.

Seorang bocah kecil sedang memandang ke dalam toko permen melalui wajah lusuh yang menempel di kaca depan toko itu. Mata mungilnya mengatakan bahwa dia sedang mimpi menikmati salah satu permen itu. Tapi tentu hal itu hanya isapan jempol karena untuk makan saja susah, alih-alih beli permen.


Lalu tentara ini masuk ke toko itu, membeli beberapa permen yang berwarna warni, membayarnya, keluar menemui bocah kecil itu dan memberinya permen-permen itu. Wajahnya memucat karena terkejut. Dia tidak sempat berterima kasih karena tentara itu segera pergi. Sejurus kemudian tentara itu merasakan tarikan kecil di overcoat (jaket panjang)-nya. Dia menghentikan langkahnya, membalik badannya dan menatap ke wajah mungil bocah itu sekali lagi. Dan inilah yang keluar dari mulut bocah itu, "Mister, are you God?" (Tuan, apakah Anda TUHAN?).

Kapan terakhir kali kita berbuat baik kepada orang yang tidak dapat mengembalikan apa-apa kepada kita?

Minggu, 18 Januari 2009

Tawa adalah Anugerah

Hati-Hati Bicara Soal Gereja

TG Salah seorang yang saya (Paulus) kagumi adalah Jerry White, purnawirawan jendral AU Amerika Serikat yang juga aktif dalam organisasi misi, The Navigators. Akhirnya beliau sempat menjadi president organisasi itu, yang di Indonesia dikenal sebagai Para Navigator.

Ketika punya kesempatan bertemu, saya katakan kepada beliau, "Teach me something, Sir", karena saya mau belajar dari orang yang hidup dekat dengan ALLAH. Dia memberikan beberapa point penting untuk saya. Salah satunya ialah, "Don't speak ill about the body of Christ, because one day you will meet its owner". (Jangan menjelek-jelekan Gereja Tuhan, karena satu hari kamu akan bertemu dengan pemiliknya). Langsung saja di pikiran saya seperti ada "video clips" tentang kritik-kritik tajam yang pernah terlontar dari mulut ini yang sebagian membuat saya mengeluarkan keringat dingin.

Bukannya tidak boleh mengritik gereja untuk mengoreksi kesalahannya - malah jangan diam, tetapi motivasi dan sikap hati kita harus kita jaga tetap murni, yaitu dengan maksud yang mulia. Kita harus menyadari sebagai bagian dari gereja yang akan membawa dampak positif. Tidak sekedar melontarkan kritik, apa lagi sewaktu kita marah, tersinggung, emosi, atau "pokoknya" asal kritik supaya kita merasa lega.

Sekali lagi kalau kita melihat ada kesalahan atau kelemahan gereja yang perlu dikoreksi, maka sebelum kita melontarkan kritik atau pendapat kita, kita perlu menenangkan diri, menguji hati dan emosi. Janganlah kemarahan kita membuat kita berdosa. Pikirkan bahwa satu saat kita akan bertemu dengan pemilik Gereja, yaitu ALLAH sendiri. Apakah DIA akan memberi pujian kepada kita karena kritik kita? Atau . . . . malah sebaliknya?

Mati Tidak Bawa Apa-Apa (Joke)

MJ Ada seorang kaya raya yang tidak percaya kalau dia mati dia tidak bisa bawa apa-apa. Maka diaturlah rencana yang melibatkan tiga orang teman yang dipercayainya. Yang pertama seorang dokter. Yang kedua seorang pengacara dan yang seorang lainnya seorang rohaniwan. Masing-masing mendapat pesan bahwa kalau dia meninggal mereka harus memasukkan $ 1.000.000, ke dalam peti matinya sebelum dimasukkan ke liang kubur. 

Kematian akhirnya datang juga, dan sesuai dengan janji masing-masing teman melaksanakan pesan orang kaya itu. Tetapi setelah beberapa bulan, si dokter meminta dua teman lain untuk bertemu. Ternyata selama ini dia merasa berdosa sudah mengurangi $ 500.000 sebelum dimasukkan ke dalam peti mati. Keterusterangan ini memicu si pengacara untuk juga mengakui kalau dia sudah menyunat uang yang dimasukkan ke dalam peti mati temannya menjadi hanya $ 250.0000. Hal ini diresopons oleh teman ketiga, si rohoniwan, 'Saya terkejut akan kecurangan kalian. Saya masukkan penuh, sebesar $ 1.000.000 dalam sebuah CEK' 

Semoga kita bisa belajar sesuatu dari "joke" ini.

Membangun Kehidupan Suami Istri (seri 1)

SS Membangun kehidupan sebagai suami istri itu seperti orang memasak. Kog bisa? Iya, karena sama-sama ada bahan bakunya, ada resepnya, ada prosesnya dan ada penyajiannya.

Bahan baku utama adalah karakter masing-masing. Kalau bahan bakunya tidak berkualitas, maka hasil masakannya juga akan terpengaruh. Kalau karakter suami dan istri sudah baik, maka tinggal mengolah dan memrosesnya. Bahan baku karakter itu tidak perlu sama, bahkan berbeda itu baik untuk saling melengkapi. Kalau yang satu "manis", maka rasanya akan lebih ramai kalau yang lain punya rasa "asam". Kalau "manis + manis", baik sih tapi itu tidak memperkaya rasanya. Bahkan untuk memasak, rasa "pedas" pun penting dan memang digunakan sebagai penyedap rasa.

Masalahnya yang sering terjadi, masing-masing ingin menonjolkan karakternya dan mau menang sendiri. Padahal untuk memasak itu ada takarannya. Untuk bahan yang punya rasa "kuat" - seperti merica, tidak perlu pakai banyak. Kalau pun punya banyak, harus dikurangi supaya hasil masakannya nikmat. Karakter Anda yang mana yang harus dikurangi untuk menyedapkan pernikahan Anda? Anda sendiri yang paling tahu. (bersambung)

Sabtu, 17 Januari 2009

Kupu-kupu dalam Rumah

MJ Ada seekor kupu-kupu sedang menabrak-nabrakkan tubuh dan sayapnya ke sebuah kaca jendela dalam rumah. Dia ada di dalam dan hendak keluar. Sebesar apapun usahanya akan gagal untuk menembus kaca itu. Dia panik setelah menyadari ada sesuatu yang sangat salah. Dia masih bisa melihat ke taman yang semenit yang lalu dia nikmati, tetapi sekarang dia tidak dapat kembali ke sana. Dia tidak tahu apa yang telah membelenggunya.

Salah jalan. Langkah yang salah, keputusan yang keliru membuat kita terperangkap. Mau lepas tidak bisa. Alih-alih berusaha meningkatkan daya untuk menabrak rintangan hidup, mungkin lebih baik kita berhenti berusaha dulu, sambil menapaktilasi perjalanan hidup ini dengan melangkah ke belakang dan meneliti keputusan mana yang salah. Kalau sudah ketemu, kita usahakan untuk memperbaikinya. Kalau perlu minta bantuan orang lain.

Kupu-kupu yang malang tadi, saya tangkap untuk saya lepaskan di alam bebas. Tetapi tidak dengan mudah menangkapnya karena dia berusaha untuk menghindar. Dia tidak menyadari bahwa saya bermaksud menolong. Mungkin kita pun perlu belajar untuk melihat kemungkinan ada orang sekitar kita bisa menolong. Mungkin juga Tuhan sedang menunggu kita memasrahkan diri supaya DIA bisa mengeluarkan kita dari jerat kesalahan kita. Semoga.

Jumat, 16 Januari 2009

Semua akan Ditambahkan

MJ Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (Injil Matius 6:31 & 33).

Kalau kita hidup benar sesuai dan selaras dengan sabda-Nya ada janji yang "besar". Tetapi jangan dibesar-besarkan. Kita bisa membesar-besarkannya dengan mengartikan "semuanya .. akan ditambahkan" itu akan "digrojok" uang dan kesenangan. Atau rejeki orang lain akan dibelokkan masuk ke kantong kita. Ternyata bukan sejauh itu artinya. Sebelum ayat itu kita diminta memandang "burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga". Juga "Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu."

Jadi apa artinya "semuanya akan ditambahkan.."? Sederhana. Burung dan bunga diciptakan untuk jadi burung dan bunga, bukan untuk punya lumbung atau pakai pakaian. Kalau pakaian raja Salomo dipakaikan ke bunga, bunganya akan mati. Jadi ketika kita pasrahkan hidup kita kepada Allah yang menciptakan dan mengasihi kita, Dia sendiri akan menjamin segala sesuatu ("semuanya") yang kita butuhkan untuk jadi diri sendiri sesuai dengan program-Nya. Sederhana kan?

Jangan Abaikan Proses

MJ Sebagai seorang dokter, sering kali saya menjumpai seorang yang sakit, datang ke dokter, dan mengharapkan sembuh saat itu juga. Salah satu caranya adalah minta disuntik. Suntikan memberi obat penawar gejala yang diharapkan bekerja dengan segera. Walaupun sering hanya berlangsung singkat, tidak apa-apa. Yang penting segera terasa hasilnya. Instant! Sayang tidak semua hal dapat kita raih secara instant. Kita sering kali ingin cepat keluar dari masalah yang menjepit hidup ini, tanpa menyadari bahwa masalah itu diijinkan untuk kita alami untuk suatu proses. Dan proses itu untuk suatu hasil.

Bayangkan kalau kita matikan api ketika masakan kita setengah matang. Apa jadinya kalau kita keluar sekolah sebelum ujian akhir? Apa yang terjadi kalau ibu yang sedang hamil, tiba-tiba jadi bosan menunggu dan mengatakan, 'Cukup 5 bulan, saya lahirkan saja sekarang!" Saya kira Anda tahu akibatnya. Jadi, apapun yang sedang Anda hadapi, sabarlah dan selesaikan prosesnya kalau mau hasilnya. Semoga.

Senin, 05 Januari 2009

Coloring the World

MJ Why am I here? (Mengapa aku ada di sini?) Ini adalah pertanyaan utama bagi kita yang hidup di bumi ini. Kalau tidak kita akan hidup seenaknya tanpa tanggung jawab. Saya belajar dari Kitab Suci yang saya percayai, bahwa Allah menciptakan kita, sebagai manusia, dengan mandat istimewa yaitu MEMENUHI DAN MENGUASAI BUMI. Bagi kami hal itu berarti menjadikan bumi tempat kita hidup dan berpijak ini menjadi lebih BAIK karena kita.

Setiap orang diberikan tubuh, wajah, kulit yang berbeda. Setiap kita juga diberi pikiran dan ide-ide yang tidak sama, bakat yang istimewa, dan karakter yang unik. Kalau dunia ini seperti sebingkai kanvas lukisan, kita adalah sebagian dari lukisan itu dengan bentuk dan warna yang unik.

Jadi jangan iri, lalu mencoba menjadi orang lain. Jadilah dirimu yang terbaik. Menjadi orang yang memberi warna dan kecerahan pada dunia ini. Dan hidup kita tidak akan sia-sia, karena dunia ini tidak akan menjadi seperti ini tanpa sumbangsih kita.