Senin, 03 Agustus 2009

DOUBLE HAPPINESS

Mungkin Anda pernah melihat kaligrafi Tionghoa ini. Karakter kaligrafi ini cukup sering muncul dalam kartu ucapan selamat untuk perkawinan atau ditampilkan sebagai latar belakang pelaminan dalam perkawinan Tionghoa.

Dalam bahasa Inggris seringkali diterjemahkan sebagai "double happiness" atau "double joy". Karakter ini terdiri dari dua karakter yang disandingkan. Kalau berdiri sendiri, masing-masing punya makna "happy" atau senang. Tetapi secara tradisional, bila kedua kareakter itu disandingkan menjadi satu, akan memberikan makna "baru" yaitu kesenangan ganda atau kebahagiaan yang berlipat.

Memang penggabungan huruf ini punya sejarahnya sendiri pada masa dinasti Tang di Tiongkok (lihat "dobule happiness" di wikipedia), tetapi saya tidak bermaksud untuk mengajari Anda soal sejarah. Saya hanya ingin menggunakannya sebagai suatu ilustrasi untuk rumah tangga dengan memberinya "makna" yang berbeda.


1. Kebahagiaan itu lebih bermakna bila dinikmati bersama. Bisa saja seorang menikmati kebahagiaannya sendirian. Tetapi, ketika kebahagiaan itu dibagikan kepada orang yang dicintainya, maka dia tidak akan merasa kebahagiaan berkurang. Malah sebaliknya dia akan menemukan kebahagiannya dilipatgandakan. Kita ini diciptakan dengan kapasitas untuk disenangkan, ketika orang lain senang karena keberadaan kita. Kita merapa puas ketika kita menyadari bahwa kita bisa memuaskan orang lain. Ada rasa berharga ketika kita bisa memberikan penghargaan kepada orang lain. Apa lagi kalau orang yang kita bahagiakan itu adalah orang yang paling dekat dengan kita seperti belahan jiwa kita yaitu suami atau istri. Kalau kita membahagiakan dia pastilah yang berbahagia bukan saja dia (seorang diri), tetapi juga kita berdua.

2. Kebahagiaan itu berlipat ketika suami atau istri memiliki sumber kebahagiaannya sendiri. Sumber kebahagiaan yang tak pernah kering adalah Pencipta kita. Kita masing-masing bertanggungjawab untuk menjaga relasi vertikal ini, supaya tidak "putus hubungan" dengan Sumbernya. Tidak "fair" kalau salah satu menuntut pihak lain untuk memenuhi kebahagian kita . Lalu siapa yang memenuhi kebutuhan mereka untuk dibahagiakan. Mereka kan punya hak yang sama. Kalau kita saling menuntut begitu, maka kita tidak akan pernah menikmati kebahagiaan yang abadi. Paling-paling kita hanya menikmati kesenangan sesaat ketika kemauan kita dituruti oleh orang lain.

3. Kebahagiaan itu berganda ketika suami memusatkan upayanya untuk membahagiakan istrinya sebelum kebahagiaan pribadinya. Dan istri, pada waktu yang sama berupaya untuk memrioritaskan kebahagiaan suaminya di atas kebahagiaannya sendiri.

Selamat mencoba.

Tidak ada komentar: