SS Hidup ini sudah ada aturannya. Jangan dibalik-balik! Tanpa sadar sering kita melihat hubungan kita dengan anak lebih erat dari hubungan dengan suami, atau istri. Emosi kita seolah-olah berkata, "Anak itu lahir dari kita, sedangkan suami atau istri itu kan asalnya orang lain" Pernyataan ini benar. Tetapi ini baru awalnya.
Dengan hadirnya seorang anak, seolah-olah sudah jadi kewajiban, orang tua memusatkan semua waktu dan perhatiannya kepada anak dan karier (sumber rejeki - untuk anak). Kebutuhan hubungan antara suami dan istri sementara "dikesampingkan". Ketika anak mulai dewasa dan mau melepaskan diri dari kita, kita menjadi sedih bahkan sakit hati. Dan tidak jarang ketika mereka benar-benar menikah dan meninggalkan rumah, rumah tangga kita jadi kosong, seolah-olah kehidupan kita ikut terbawa mereka pergi. Sedangkan hubungan suami istri yang kita biarkan tak terpelihara sudah lama mati tanpa kita sadari karena tertutup kesibukan mengurus anak.
Suami dan istri disatukan dalam pernikahan yang permanen. Dari orang asing tapi sudah mengalami proses "merger" atau "fusion" menjadi satu kesatuan dan kemitraan. Masa berlakunya seumur hidup. Apapun yang kita alami tidak akan kita ijinkan untuk menjadi pemecah kesatuan ini. Dan kalau mungkin segala kesalahan dan konflik cepat kita bereskan supaya tidak merongrong keutuhan relasi istimewa ini. Tidak boleh ada yang mengganggu, bahkan anak sekalipun. Sebaliknya kemitraan yang terus diperdalam ini yang akan menjadi sumber energi kita bersama untuk membesarkan anak-anak bersama.
Anak yang kita lahirkan, suatu waktu harus kita lepaskan. Jadi dari kecil kita melatih mereka untuk mandiri. Makan sendiri, mandi sendiri, belajar sendiri dan pergi tanpa kita temani. Sesuai dengan perkembangan umur mereka, mereka akan mulai menunjukkan "gejala" menjauhi kita atau tidak membutuhkan kita. Ini normal, karena sudah menjadi bagian dari proses menjadi mandiri. Bukankah itu yang kita ingini. Kenapa sakit hati? Bukannya malah harus bergembira karena upaya kita mendewasakan mereka mulai berhasil.
Jangan sampai anak kita lahirkan untuk tidak kita lepaskan. Sedangkan suami atau istri kita biarkan terlepas. Coba renungkan dan teliti hidup Anda.
1 komentar:
saya suka sekali artikel-artikel kalian ttg relationship & marriage life...memberikan pengetahuan yang sangat berharga...
Posting Komentar