Minggu, 01 Februari 2009

Haruskah kita akrab dengan semua orang?

MJ Saya ingin jadi orang yang baik. Maksudnya, baik dengan semua orang. Itulah sebabnya saya berusaha untuk berteman dengan semua orang, termasuk kerabat suami, tetangga, kolega suami dan kenalan jemaat gereja. Teori dan teknik untuk mengenal seseorang dengan lebih baik saya coba; mulai dari hafal namanya-saya tak pernah punya masalah dengan yang ini, menunjukkan sikap menghargai, mau menerima kepribadiannya, menunjukkan interes dengan menanyakan apa yang jadi kesukaannya, dll.

Tetapi setelah bertahun-tahun berusaha tetap saya tidak berhasil menjalin hubungan yang akrab dengan semua orang. Apalagi untuk menjalin relasi perlu usaha dari kedua pihak. Hanya beberapa orang saja yang bisa saya sebut sebagai sahabat. Hanya dengan mereka lah ada kecocokan "chemical". Ngomongin apa saja rasanya pas, sehingga kita merasa santai dan bisa bicara terbuka, termasuk menerima kekurangan-kekurangan kita, bahkan tertawa atas kesalahan masing-masing tanpa merendahkan atau merasa direndahkan. Enjoy aja!

Ternyata saya belajar bahwa kita tidak "harus" bisa akrab dengan semua orang untuk menjadi orang baik, tapi yang lebih penting adalah mengusahakan untuk damai dengan semua orang. Karena orang yang membawa damai, akan berbahagia dan disebut anak-anak Allah. (Injil Matius 5:9). Yang kedua kita harus berusaha ramah kepada semua orang (2Timotius 2:24). Kita tidak bertanggung jawab untuk sikap mereka kepada kita, tetapi kita bertanggungjawab atas sikap kita kepada orang lain.

Ditulis oleh Paulus berdasarkan pengalaman Linda.

Tidak ada komentar: