Sabtu, 07 Juli 2012


Mengembangkan Keintiman
 Tidak ada hubungan antara dua manusia  yang lebih Hubungan itu ekslusif, intim, dekat, terbuka, dan saling menerima, dibingkai oleh janji dan komitmen untuk memelihara persatuan seumur hidup. (Kejadian 2:24-25)

Dalam upaya untuk mengembangkan hubungan yang lebih intim dan penuh kepedulian, kita perlu membuka mata untuk kenyataan bahwa ada banyak bentuk keintiman selain keintiman seksual. Masing-masing bentuk keintiman ini saling terkait dan saling memperkuat.
Berikut ini adalah sederetan jenis-jenis keintiman dalam hubungan suami istri yang siap untuk dikembangkan:
  • Keintiman Intelektual - Sharing  ide atau berbicara tentang isu-isu hangat bahkan bisa saja menyatakan ketikaksetujuan atau ketidaksepahaman, tetapi masih menghormati keyakinan dan pandangan masing-masing.
  • Keintiman dalam Tugas - Anda menyepakati pembagian beban dan peran umum dalam memelihara rumah Anda, mencari income, atau mengejar impian-impian hidup yang disepakati bersama.
  • Keintiman sebagai Orangtua – Orang tua yang peduli pendidikan anak, membagi peran dan saling mendukung dalam mengupayakan pertumbuhan anak-anaknya menjadi individu yang mandiri.
  • Keintiman emosional - Anda bebas mengungkapkan perasaan, baik yang positif atau yang negatif, tanpa takut dinilai atau ditolak. Masing-masing berupaya untuk memahami dan menerima perasaan pihak lain tanpa kritikan.
  • Keintiman dalam Konflik - kemampuan untuk mengolah konflik dengan cara yang fair, untuk mencapai solusi yang saling memuaskan, serta mengakui bahwa “seringkali dalam hidup ini kita tidak menemukan solusi yang sempurna”. “Jangan menang-menangan, tapi harus menang bersama.” Matius 5:9
  • Keintiman dalam Krisis - Anda dapat berdiri bersama – di pihak yang sama di saat krisis, baik krisis eksternal maupun internal, untuk mencari jalan keluar bersama.
  • Keintiman Estetis - Menyenangi keindahan, musik, alam dan berbagai macam pengalaman indah lainnya.  Dan masing-masing siap mendukung kesukaan dan kesenangan pasangannya walaupun mungkin memiliki kesenangan estetika yang berbeda.
  • Keintiman Spiritual – Bebas mendiskusikan pengalaman spiritual masing-masing yang didapat melalui perjalanan iman, berdoa bersama, dan membuat kesepakatan untuk memberikan persembahan dengan jumlah yang tertentu.
  • Keintiman dalam Bermain – Memprioritaskan dan mampu menikmati waktu untuk bersenang-senang bersama melalui rekreasi, relaksasi atau humor. 
  • Keintiman fisik – Kesukaan dalam hubungan seksual yang menggairahkan,  sensual, tetapi tetap sensitif terhadap kebutuhan pasangan. (tidak mengeksploitasi, memaksakan kehendak, dan mementingkan diri sendiri).  Amsal 5:18-19.  1Korintus 7:3-4.

Minggu, 04 Maret 2012

Ketika Komunikasimu Macet; Berdoalah

Satu hal yang membuat perkawinan itu sulit adalah “adanya dua orang”. Dan biasanya kalau kita punya masalah kita anggap itu datangnya dari pasangan kita. Kalau kita hidup sendiri dan menyelesaikan masalah kita sendiri mungkin hidup ini lebih tidak rumit
Fondasi pernikahan solid yang tak akan rusak dimakan waktu adalah komunikasi. Tanpa komunikasi tidak ada keintiman. Ketika komunikasi bermasalah, dampaknya selalu pada keintiman. Pernikahan tanpa keintiman menuju “kematian”. Kalian dan pasangan Kalian harus memiliki rasa kedekatan dalam hubungan perkawinan sehingga meyakinkan kalian bahwa kalian berada dalam satu tim. Tanpa komunikasi, “rasa dekat” ini bisa tidak akan pernah ada.
Ketika kalian tidak dapat berkomunikasi dengan orang yang seharusnya menjadi orang yang paling dekat dalam hidupmu, maka keberadaannya malah menjadikan hidupmu lebih sulit. Bayangkan ada orang yang hidup berdampingan tetapi kalian tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya, apa yang sedang terjadi dalam hidupnya atau apa yang sedang dirasakannya. Kalau ini terjadi, tidak mungkin kalian berdua dapat membangun hidup bersama.

Kalau ini terjadi, kita harus membuat beberapa perubahan. Dan itu dimulai dengan berdoa untuk restorasi komunikasi.

Berdoa supaya Kalian bisa menjadi orang yang baik/manis bagi pasangan kalian
Banyak perkawinan dapat diselamatkan kalau suami dan istri bisa bersikap manis/baik terhadap pasangannya. Benar kan? Ini bukan hal yang istimewa, tetapi hal yang biasa. “Kasih itu membangun” (1 Korintus 8:1). Artinya kasih itu mendorong dan menguatkan pihak lain. Kasih tidak melontarkan kata-kata kasar dan sinis yang menyakitkan, menusuk perasaan dan menghancurkan. Apa yang kita katakan, dan cara kita mengatakannya, dapat mengomunikasikan kasih atau sebaliknya. Minta TUHAN meningkatkan kualitas perkawinan kalian, dan katakan kepada-Nya kalau kalian siap untuk berubah, termasuk bersikap manis walaupun ketika kita tidak ingin melakukannya.

Berdoa supaya Kalian akan tetap Jujur dan Terbuka
Dalam pernikahan, kejujuran dan keterbukaan itu penting. Ada bedanya antara jujur dan terbuka. Kalau kalian berbohong, artinya kalian tidak jujur. Tapi bisa saja kalian sudah berkata jujur dan benar tetapi tidak terbuka. Masih ada info-info yang disimpan dan disembunyikan dengan maksud yang kurang baik. Kalian pilih-pilih info mana yang disampaikan. Sebenarnya dalam hubungan suami-istri itu sama saja dengan berbohong kepada orang yang terdekat yang akan selalu hidup bersama kita seumur hidup kita.
Kalau kita berbohong, kita pasti menyadarinya, tetapi yang kita kurang sadar adalah ketika kita tidak terbuka terutama dalam mengungkap perasaan kita, karena kita tidak tahu cara yang terbaik untuk melakukannya. Sebaliknya tidak baik juga kalau kita menyampaikan setiap pikiran dan perasaan kita kepada pasangan kita, karena itu akan membuat dia tidak tahan dekat-dekat dengan kita. Berdoalah supaya TUHAN memberikan kemampuan untuk membedakan antara keduanya.

Berdoa supaya Kasih TUHAN memenuhi hatimu
Janganlah sikap bermusuhan naik dan membanjiri hidup perkawinanmu. Redamlah pertikaian yang panas dengan komunikasi yang baik dan jujur melalui pilihan kata-kata yang mencerminkan kasih.
“Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air; jadi undurlah sebelum perbantahan mulai” (Amsal 17:14).
Minta TUHAN mengisi hatimu dengan kasih-Nya supaya kata-kata yang keluar menjadi air yang menyembuhkan dan menyegarkan dari pada banjir bandang yang mematikan

Berdoa supaya kalian dapat memahami pesan-pesan yang terselubung
Kadang-kadang kita harus memperhatikan dengan cermat bahasa tubuh pasangan kita untuk bisa mengenali apa yang dimauinya atau apa yang sedang terjadi di dalam dirinya. Lalu kita perlu melontarkan pertanyaan yang tepat dan sekaligus mampu menerjemahkan jawabannya. Kita perlu kepandaian khusus untuk membaca apa yang tersembunyi. Minta TUHAN untuk membantu kita mengenali tanda-tanda dan sandi-sandi yang tersembunyi. Minta TUHAN untuk membantu kita mengomunikasikan dengan jelas apa mau kita sehingga pasangan kita tidak terpaksa menjadi “peramal”, lalu salah mengartikan sinyal kita.

Berdoa supaya ada hal yang kalian suka lakukan bersama
Apa yang kalian suka lakukan bersama? Kalau kalian bisa menjawabnya, bagus sekali. Tetapi kalau masih harus berpikir keras, mungkin kalian punya masalah dalam relasi kalian. Pasangan dalam perkawinan idealnya memiliki kebiasaan untuk melakukan sesuatu bersama-sama dan menikmatinya. Mungkin hanya jalan pagi, jalan sore, pergi makan, menikmati pemandangan, atau apa lah.

Berdoa supaya kalian makin dekat di setiap musim kehidupan
Dalam hidup dan perkawinan ada banyak musim atau tahap kehidupan. Berdoalah agar kalian dikaruniai kedekatan yang meningkat sejalan dengan tahap-tahap kehidupan yang menantang itu, bukannya malah dijauhkan. Bukti cinta kasih adalah kerelaan untuk melakukan perubahan untuk menyesuaikan dengan perkembangan kehidupan bersama. Minta TUHAN memampukan kalian berdua untuk memiliki kepekaan untuk mengetahui apa yang sedang terjadi dalam tahap kehidupan masing-masing, dan bila perlu rela dan sanggup melakukan penyesuaian. Dengan demikian kalian akan selalu bertumbuh bersama.

Berdoa supaya kalian saling menghormati
TIdak ada hal yang menyakitkan dari pada kalau suami atau istri melontarkan lelucon atau komentar yang merendahkan dan mengkritik pasangannya di depan orang lain. Kalau kalian pernah mengalaminya, pasti bisa membayangkan kembali perasaan kesal dan terpojok. Berdoalah supaya hal itu tidak terjadi. Bila sudah terjadi, mintalah kebesaran hati dari TUHAN untuk bertanya: Apakah aku pernah membuatmu malu di depan orang lain?. Kalau YA, minta “kuasa” untuk minta maaf. Dan memaafkan.

Berdoa supaya kalian punya telinga untuk mendengar
Sering kali kita merasa sudah tahu apa yang dikatakan pasangan kita, tetapi Allah menasihati supaya kita tidak cepat-cepat merespons sebelum dengan seksama mendengarkan. Menjawab sebelum mendengar adalah perbuatan yang bodoh dan tercela (Amsal 18:13, BIS). Mendengarkan artinya tidak memotong dan membiarkan pihak lain menyelesaikan kalimatnya. Bagaimana kalian dapat “menangis dengan orang yang menangis dan tertawa dengan orang yang tertawa” (Roma 12:15), kalau kalian tidak mendengarkan dengan penuh perhatian.
Minta TUHAN untuk memberikan telinga yang mampu mendengarkan dengan baik, karena Dia suka sekali menjawab doa seperti ini.

Berdoa agar rencana jahat musuh untuk memotong jalur kominikasi kalian, digagalkan
Ingatlah bahwa kita punya musuh yang menarget perkawingan kita. Cara yang paling jitu adalah dengan memotong jalur komunikasi kita. Tidak ada hujan –tidak ada angin, tiba-tiba kita terjebak dalam perselisihan dan siap untuk saling “menerkam”. Dan masing-masing tidak mengerti dengan jelas apa yang sebenarnya dipersoalkan. Ini adalah taktik licik dari iblis.
Minta TUHAN untuk memagari kalian dari kekuatan yang akan mengacak-acak hubungan kalian. ALLAH di pihak kita, tidak akan ada yang bisa melawan kita. Iblis pun tak mampu, apalagi pasangan kita.

Sabtu, 17 September 2011

BELAJAR DARI TALI SEPATU

SS. Di tengah permainan tenis meja, saya melihat ikatan tali sepatu olahraga saya melonggar. Supaya jangan terlepas dan terinjak, cepat-cepat saya menyentakkan bagian lengkungnya untuk mengencangkannya. Tidak lama lagi, tali itu mulai longgar lagi. Saya sempat berpikir untuk tidak menghiraukannya supaya permainan saya tidak terganggu. Tetapi akal sehat saya mengatakan bahwa ada "bahaya" yang mengancam kalau tali itu menjadi terlepas dan kaki saya sendiri tersandung karenanya. Bukan saja permainan saya akan terganggu, tapi saya mungkin terluka. Saya minta "time out" untuk membereskannya.

Dalam hubungan suami-istri kadang-kadang kita melihat tanda-tanda hubungan kita menjadi longgar. Sebelum mencelakakan kita, sebaiknya kita memperhatikannya. Prioritaskan untuk ambil waktu khusus untuk membereskannya. Kalau belum terlalu berat, cukup satu sentuhan akan mudah membereskannya. Kalau dibiarkan lebih lama, mungkin perlu dibongkar dulu baru ditalikan lagi. Artinya perlu usaha yang lelih berat dan waktu yang lebih lama untuk membereskannya. Tetapi bila dibiarkan mungkin saja akan melukai kita. Setuju?

Jumat, 16 Juli 2010

KAPAN TERAKHIR BERDOA UNTUK PASANGAN?

SS. Apakah Anda pernah berdoa untuk pasangan Anda? Mungkin sering kita berdoa bagi pasangan Anda supaya dia berubah. Tetapi apakah Anda memikirkan tantangan-tantangan yang akan dihadapinya hari ini dan berdoa untuk hal itu juga? Apakah Anda berdoa untuk berkat dan pertumbuhan rohaninya? Berdoa juga untuk kedekatannya dengan ALLAH. Siapa tahu, justru doa-doa itu akan membuat hubungan Anda lebih dekat.

KEINTIMAN SPIRITUAL

SS. Ketika kita mendengan istilah “keintiman suami istri”, mungkin saja yang pertama muncul di bayangan kita adalah keintiman fisik. Ada keintiman lain yang penting, karena menentukan bentuk keintiman lainya termasuk keintiman fisik, yaitu keintiman spiritual.

Salah satu bentuk keintiman spiritual adalah dalam hal berdoa bersama. Banyak suami isteri kurang berhasil dalam upaya untuk berdoa bersama. Mungkin mereka hanya berdoa sesaat sebelum tidur malam. Yang lainnya mengatakan bahwa saat makan pagi atau makan malam merupakan kesempatan yang paling bagus untuk berdoa bersama, meskipun pasangan yang punya anak seringnya malah menyuruh anak-anak mereka, terutama anak-anak kecil, untuk berdoa.

Untuk pasangan suami isteri yang sama-sama bekerja di luar rumah, seringnya makan siang pada waktu yang berbeda dan bahkan mempunyai jadwal tidur yang berbeda. Maka doa menjadi sesuatu yang bersifat sambil lalu disela-sela kesibukan lain

Kita butuh pedoman untuk membantu kita menjaga kehidupan doa bersama sebagai pasangan suami-isteri.

1. Doa bersama dimulai dari sikap dan perlakuan yang baik kepada pasangan. “Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang” (1 Petrus 3:7). Kita bisa meneruskan nasihat Petrus untuk para wanita,”Para isteri bersikaplah baik terhadap suamimu.” Berdoalah agar Anda berdua bisa belajar saling bersikap baik.

2. Doa tidak harus berbentuk lisan. Ketika kita di kejutkan oleh masalah yang berat, sering kita tidak mampu berkata apa-apa. Seperti yang dikatakan Paulus, “Kita tidak tahu apa yang seharusnya kita doakan” (Rom. 8:26). Paulus selanjutnya mengatakan bahwa ketika kita tidak mampu bicara- apalagi berdoa, “… Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.” Sebagai suami dan isteri, kita bisa saling berpegang tangan dan diam sementara kita bergantung pada Roh Kudus untuk berdoa bagi kita. Doa seperti ini bisa digunakan kapan pun, ketika masing-masing tidak bisa mengeluarkan kata-kata untuk mengungkapkan perasaan-perasaan yang terdalam.

3. Berdoa ketika Anda terpisah lebih daripada ketika Anda bersama-sama. Setiap pernikahan memiliki saat-saat keterpisahan yang tidak terhindarkan karena pekerjaan, pengasuhan anak, perawatan orangtua yang sakit di kota-kota yang jauh, dinas militer, dan lain sebagainya. Lebih serius lagi adalah saat-saat perpisahan di mana seorang suami dan isteri sudah tidak lagi merasa nyaman dengan kehadiran pasangannya, ketika bayang-bayang perceraian menggantung seperti awan di atas hubungan mereka.

Setiap waktu perpisahan merupakan waktu untuk doa dengan bersungguh-sungguh. Rasul Paulus dalam 1 Korintus 7:5, berbicara terus-terang tentang hal ini. Ia mendorong pasangan untuk tidak saling menjauhi supaya Iblis tidak bisa menggoda mereka. Kalau suami dan isteri harus menghentikan hubungan seksual karena alasan apapun juga, ini bisa menjadi awal dari perpecahan yang serius di antara keduanya. Paulus mengatakan hal seperti itu hanya boleh dilakukan sementara waktu dan hanya menggunakan waktu mereka untuk berdoa.

4. Berdoa sambil berpegangan tangan. Teknik ini menggabungkan keintiman spiritual dan kedekatan secara fisik. Kita berlu dilatih untuk melihat keduanya sebagai bagian dari mata uang yang sama, walaupun berbeda muka. Hasilnya akan selalu positif.

Semua itu perlu dibiasakan. Mulailah keintiman Anda dengan berdoa bersama, dan nikmati hasilnya. Selamat mencoba.

Senin, 03 Agustus 2009

DOUBLE HAPPINESS

Mungkin Anda pernah melihat kaligrafi Tionghoa ini. Karakter kaligrafi ini cukup sering muncul dalam kartu ucapan selamat untuk perkawinan atau ditampilkan sebagai latar belakang pelaminan dalam perkawinan Tionghoa.

Dalam bahasa Inggris seringkali diterjemahkan sebagai "double happiness" atau "double joy". Karakter ini terdiri dari dua karakter yang disandingkan. Kalau berdiri sendiri, masing-masing punya makna "happy" atau senang. Tetapi secara tradisional, bila kedua kareakter itu disandingkan menjadi satu, akan memberikan makna "baru" yaitu kesenangan ganda atau kebahagiaan yang berlipat.

Memang penggabungan huruf ini punya sejarahnya sendiri pada masa dinasti Tang di Tiongkok (lihat "dobule happiness" di wikipedia), tetapi saya tidak bermaksud untuk mengajari Anda soal sejarah. Saya hanya ingin menggunakannya sebagai suatu ilustrasi untuk rumah tangga dengan memberinya "makna" yang berbeda.


1. Kebahagiaan itu lebih bermakna bila dinikmati bersama. Bisa saja seorang menikmati kebahagiaannya sendirian. Tetapi, ketika kebahagiaan itu dibagikan kepada orang yang dicintainya, maka dia tidak akan merasa kebahagiaan berkurang. Malah sebaliknya dia akan menemukan kebahagiannya dilipatgandakan. Kita ini diciptakan dengan kapasitas untuk disenangkan, ketika orang lain senang karena keberadaan kita. Kita merapa puas ketika kita menyadari bahwa kita bisa memuaskan orang lain. Ada rasa berharga ketika kita bisa memberikan penghargaan kepada orang lain. Apa lagi kalau orang yang kita bahagiakan itu adalah orang yang paling dekat dengan kita seperti belahan jiwa kita yaitu suami atau istri. Kalau kita membahagiakan dia pastilah yang berbahagia bukan saja dia (seorang diri), tetapi juga kita berdua.

2. Kebahagiaan itu berlipat ketika suami atau istri memiliki sumber kebahagiaannya sendiri. Sumber kebahagiaan yang tak pernah kering adalah Pencipta kita. Kita masing-masing bertanggungjawab untuk menjaga relasi vertikal ini, supaya tidak "putus hubungan" dengan Sumbernya. Tidak "fair" kalau salah satu menuntut pihak lain untuk memenuhi kebahagian kita . Lalu siapa yang memenuhi kebutuhan mereka untuk dibahagiakan. Mereka kan punya hak yang sama. Kalau kita saling menuntut begitu, maka kita tidak akan pernah menikmati kebahagiaan yang abadi. Paling-paling kita hanya menikmati kesenangan sesaat ketika kemauan kita dituruti oleh orang lain.

3. Kebahagiaan itu berganda ketika suami memusatkan upayanya untuk membahagiakan istrinya sebelum kebahagiaan pribadinya. Dan istri, pada waktu yang sama berupaya untuk memrioritaskan kebahagiaan suaminya di atas kebahagiaannya sendiri.

Selamat mencoba.

Kamis, 30 April 2009

Dilahirkan untuk Dilepaskan, Dinikahi untuk Disatukan

SS Hidup ini sudah ada aturannya. Jangan dibalik-balik! Tanpa sadar sering kita melihat hubungan kita dengan anak lebih erat dari hubungan dengan suami, atau istri. Emosi kita seolah-olah berkata, "Anak itu lahir dari kita, sedangkan suami atau istri itu kan asalnya orang lain" Pernyataan ini benar. Tetapi ini baru awalnya.

Dengan hadirnya seorang anak, seolah-olah sudah jadi kewajiban, orang tua memusatkan semua waktu dan perhatiannya kepada anak dan karier (sumber rejeki - untuk anak). Kebutuhan hubungan antara suami dan istri sementara "dikesampingkan". Ketika anak mulai dewasa dan mau melepaskan diri dari kita, kita menjadi sedih bahkan sakit hati. Dan tidak jarang ketika mereka benar-benar menikah dan meninggalkan rumah, rumah tangga kita jadi kosong, seolah-olah kehidupan kita ikut terbawa mereka pergi. Sedangkan hubungan suami istri yang kita biarkan tak terpelihara sudah lama mati tanpa kita sadari karena tertutup kesibukan mengurus anak.

Suami dan istri disatukan dalam pernikahan yang permanen. Dari orang asing tapi sudah mengalami proses "merger" atau "fusion" menjadi satu kesatuan dan kemitraan. Masa berlakunya seumur hidup. Apapun yang kita alami tidak akan kita ijinkan untuk menjadi pemecah kesatuan ini. Dan kalau mungkin segala kesalahan dan konflik cepat kita bereskan supaya tidak merongrong keutuhan relasi istimewa ini. Tidak boleh ada yang mengganggu, bahkan anak sekalipun. Sebaliknya kemitraan yang terus diperdalam ini yang akan menjadi sumber energi kita bersama untuk membesarkan anak-anak bersama.

Anak yang kita lahirkan, suatu waktu harus kita lepaskan. Jadi dari kecil kita melatih mereka untuk mandiri. Makan sendiri, mandi sendiri, belajar sendiri dan pergi tanpa kita temani. Sesuai dengan perkembangan umur mereka, mereka akan mulai menunjukkan "gejala" menjauhi kita atau tidak membutuhkan kita. Ini normal, karena sudah menjadi bagian dari proses menjadi mandiri. Bukankah itu yang kita ingini. Kenapa sakit hati? Bukannya malah harus bergembira karena upaya kita mendewasakan mereka mulai berhasil.

Jangan sampai anak kita lahirkan untuk tidak kita lepaskan. Sedangkan suami atau istri kita biarkan terlepas. Coba renungkan dan teliti hidup Anda.