Kamis, 12 Maret 2009

Dansa dalam Pernikahan (2)

4. Ada pembagian peran. Ada yang memimpin dan yang lain mau dipimpin. Dalam dansa ballroom, selalu ada yang memimpin dan yang lain dipimpin. Pedansa pria memimpin dengan kelembutan sehingga penonton tidak akan melihat dia menarik dengan kasar atau mendorong pasangan dansanya seenaknya . Demikianlah dalam pernikahan yang harmonis, ada pembagian peran. Suami memimpin dengan kasih sayang, dan istri mengikuti dengan rasa hormat. Kepemimpinan ini bisa saja didelegasikan, misalnya istri bertugas mengelola ekonomi keluarga, atau pendidikan anak. Tetapi semuanya masih di bawah tanggung jawab suami dan dikerjakan bersama dalam satu semangat kerjasama tim.
5. Tidak menyerah. Seorang yang sedang belajar dansa pasti tahu bahwa kunci keberhasilannya adalah berlatih, berlatih, tidak putus asa dan berlatih lagi. Ada langkah-langkah dasar, kalau sudah bisa ada langkah-langkah tambahan untuk yang tingkat mahir. Setelah kita belajar bagaimana sih jadi suami yang baik, istri yang mendukung, lalu ada peningkatan. Bagaimana menjadi ayah, bagimana menjadi ibu, waktu anak-anak masih bayi, mulai bisa berlari, dan masuk sekolah. Semua ini adalah bagian dari musim kehidupan yang menantang kita untuk melangkah dengan variasi yang sebelumnya belum kita kuasai. Kalau ada kegagalan dan salah langkah, itu sih biasa. Kalau jatuh, bangun lagi, asal kita selalu berdua, bermitra dan bekerja sama.
6. Menyenangkan dan indah. Kalau kita tekun, akhirnya kita akan sampai pada "level" mahir. Kalau sudah sampai di sini, dansa itu jadi sangat menyenangkan dan indah. Menyenangkan bagi yang berdansa dan indah bagi yang melihatnya. Orang tua, mertua, anak-anak, teman dan semua orang sekitar kita akan "enjoy" melihat kehidupan kita dan ikut bergembira.
7. Pelatih. Mengapa pedansa butuh pelatih? Kita tidak perlu belajar hal-hal yang salah dulu untuk bisa melakukan hal-hal yang benar. Pelatih akan menunjukkan trik dan tips pernikahan supaya kita tidak harus jatuh bangun. Pelatih itu biasanya orang yang lebih dewasa dan lebih lama menikah. Kita juga bisa belajar dari buku-buku panduan pernikahan. Yang penting jangan malu bertanya, jangan berhenti belajar.

Bagian manakah dari pernikahan Anda yang perlu dibenahi? Jangan pernah putus asa sampai semuanya menjadi indah dan menyenangkan. Selamat belajar!

Dansa dalam Pernikahan (1)


Pernikahan itu seperti orang berdansa. Kalau kita jeli, kita bisa belajar banyak dari contoh sederhana ini.
1. Berdua tetapi menyatu. Dalam pernikahan semangat untuk bersatu seumur hidup itu yang menjadi dasar untuk membangun kehidupan yang baik di atasnya. Satu artinya eksklusif, tidak ada orang atau pihak lain yang kita ijinkan untuk berada di antara kita berdua, baik itu anak, orang tua, atau masalah.
2. Syarat utama bisa berdansa bersama adalah bisa berdiri sendiri. Wajar kan? Bagaimana kita bisa berdansa kalau berdiri saja tidak bisa? Orang yang lumpuh akan membebani pasangannya. Ujung-ujungnya mereka berdua akan jatuh. Seperti orang yang mau bermitra dalam bidang bisnis, masing-masing sudah punya modal sendiri. Seorang yang akan menikah harus memiliki modal kedewasaan. Kedewasaan ditandai dengan kemandirian. Mandiri berarti bisa hidup sendiri. Tidak lagi bergantung secara emosional atau ekonomi pada orang lain.
3. Tentukan irama lagunya. Irama dasarnya harus sepakat dulu. Kalau yang satu mau CHA-CHA sedangkan yang lainnya pilih WALTZ, pasti kacau jadinya. Kesamaan iman menjadi sangat penting karena kalau yang dasar saja kita tidak sepakat, maka yang lainnya akan tergantung dari yang satu ini.

Menentukan irama itu berarti juga berarti bersama-sama menyepakati panduan dari Kitab Suci yang kita percayai. Karena pernikahan itu bagian sentral dari kehidupan manusia, tentulah Pencipta Hidup manusia tidak akan menelantarkan ciptaan-Nya dengan membiarkan mereka mencar-cari jalan dan kiat sendiri untuk hidup di dalam pernikahan. Kalau Dia yang menciptakannya, pasti Dia pula yang tahu jalan terbaiknya.

Selama perjalanan hidup, ada kesepakatan-kesepakatan lainnya yang kita buat. Menyatukan pandangan, nilai dan impian, kita lakukan dan sesuaikan terus menerus, sepanjang hidup karena hidup ini juga sering kali berubah irama. Kehadiran anak, pindah kerja, pindah rumah, orang tua sakit, sering kali membutuhkan penyesuaian dan kesepakatan baru. (bersambung)