MJ Kata maaf seringkali menjadi kata "ajaib" atau password yang membuka pintu untuk pemulihan relasi yang telah dirusak oleh kesalahan satu pihak. Tetapi sering kali kita kurang belajar untuk mengungkapkan perasaan penyesalan kita, sehingga permohonan maaf kita terasa sangat ringan, seolah-olah kita ucapkan sambil lalu. Kalau sudah begini, maka "maaf" itu malah bisa memicu perasaan negatif dari yang mendengarnya.
Inilah cara minta maaf yang LENGKAP, yang bila disampaikan secara sungguh-sungguh akan menimbulkan pemulihan hubungan.
1. Aku menyadari kesalahanku
2. Aku menyesali perbuatanku/ keputusanku/ perkataanku/sikapku kepadamu
3. Aku minta dimaafkan
4. Aku berjanji untuk berusaha tidak melakukan kesalahan yang sama
Mudah-mudahan Anda tidak sampai perlu melakukannya. Tetapi bila memang perlu, maka lakukan dengan serius dan benar sehingga, kita mendapatkan hasil yang maksimal.
Kamis, 26 Februari 2009
Budayakan "terima kasih"?
MJ Kapan terakhir kali Anda mengucapkan "terima kasih"? Mungkin baru saja; untuk orang yang baru saja membukakan pintu, kepada tukang parkir yang telah memandu proses parkir mobil Anda, atau kepada orang yang tadi menunjukkan jalan kepada Anda.
Kalau Anda seperti saya, "terima kasih" merupakan bagian yang wajib dalam sopan santun pergaulan kita. Sebagai orang yang berbudaya dan beretika, sudah wajar kita berterima kasih. Dengan berterima kasih, kita memberikan penghargaan atau apresiasi untuk apa yang sudah dilakukan orang lain bagi kita.
Tapi kali ini saya ingin kita fokus pada sekelompok orang yang sudah berjasa lebih banyak dari orang lain, tetapi jangan-jangan mereka malah menjadi orang yang paling jarang mendengar ucapan terima kasih dari kita. Siapakah mereka? Buka mata hati kalian. Saya harap kalian menemukan jawabannya. Mungkin istri, suami, anak-anak, atau orang tua kita. Kita perlu menghargai pengorbanan mereka, bantuan mereka, kerja keras mereka dan masih banyak lagi.
Kapan terakhir kali kalian berterima kasih kepada golongan orang yang terkahir ini? Baru saja? Atau segera setelah membaca ini? Good luck. Be the best person you can be for the one most close to you. Terima kasih karena Anda mau membaca tulisan ini.
Kalau Anda seperti saya, "terima kasih" merupakan bagian yang wajib dalam sopan santun pergaulan kita. Sebagai orang yang berbudaya dan beretika, sudah wajar kita berterima kasih. Dengan berterima kasih, kita memberikan penghargaan atau apresiasi untuk apa yang sudah dilakukan orang lain bagi kita.
Tapi kali ini saya ingin kita fokus pada sekelompok orang yang sudah berjasa lebih banyak dari orang lain, tetapi jangan-jangan mereka malah menjadi orang yang paling jarang mendengar ucapan terima kasih dari kita. Siapakah mereka? Buka mata hati kalian. Saya harap kalian menemukan jawabannya. Mungkin istri, suami, anak-anak, atau orang tua kita. Kita perlu menghargai pengorbanan mereka, bantuan mereka, kerja keras mereka dan masih banyak lagi.
Kapan terakhir kali kalian berterima kasih kepada golongan orang yang terkahir ini? Baru saja? Atau segera setelah membaca ini? Good luck. Be the best person you can be for the one most close to you. Terima kasih karena Anda mau membaca tulisan ini.
Jumat, 20 Februari 2009
Kamis, 12 Februari 2009
Indra kita tidak cukup ampuh untuk melihat KEBENARAN

MJ. COBALAH MENYUSUN DADU SEPERTI INI!
Sering kita berpandangan bahwa kita yang paling benar. Yang menurut kita benar, belum tentu benar. Indra kita tidak cukup ampuh untuk melihat kebenaran. Jadi jangan "ngotot" benar.
PELAJARAN:
Kita butuh standar. Untuk panjang kita butuh meteran. Untuk berat kita butuh timbangan, tidak bisa dikira-kira dengan tangan. Untuk tempratur kita butuh termometer. Untuk "benar-salah" kita butuh peraturan dan hukum. Untuk moralitas kita butuh Sabda TUHAN. Jangan direka-reka sendiri. Apalagi pakai perasaan. Banyak salahnya.
Selasa, 10 Februari 2009
Jangan Sombong- sama nyamuk aja kalah

MJ. Makin pandai, makin kaya dan makin kuat seseorang biasanya lebih mudah menjadi sombong. Seolah-olah semua bisa diatur dan dibelinya. Padahal sebenarnya kita ini tidak sekuat yang kita sangka. Banyak kelemahan yang tidak dapat ditutupi dengan kekuatan kita.
Ini yang saya pikirkan ketika saya melihat orang yang badannya gede, yang sehari-hari kelihatan kuat, sekarang tergolek lemah dengan berberapa infus sekaligus yang digerojok ke dalam pembuluh darahnya. Dia kena demam berdarah. Kalau dipikir, yang gede bisa ditaklukkan dengan mudah oleh nyamuk dengue yang kecil. Bahkan bisa dibuat mati. Tentu bukan ini harapan saya. Harapan saya adalah agar kita menyadari bahwa kita itu selalu ada lemahnya. Sama nyamuk aja bisa kalah. Jadi jangan sombong. LINDA
Senin, 09 Februari 2009
Belajar MIKIR dulu baru NGOMONG
MJ. Ketika kita kecil kita diajari untuk ngomong sebelum kita bisa mikir. Ngak peduli apa yang keluar dari mulut seorang anak kecil, itu sudah membuat orang tua senang sekali. Padahal ketika pertama kali kita bisa ngomong, kita belum bisa mikir.
Ketika kita besar kebiasaan ngomong sebelum mikir bisa kebawa-bawa. Jadi sekarang kita harus melatih diri sendiri untuk mikir dulu baru ngomong untuk merombak kebiasaan waktu kecil. Supaya kita tidak bertindak seperti anak-anak. Anda setuju?
Ketika kita besar kebiasaan ngomong sebelum mikir bisa kebawa-bawa. Jadi sekarang kita harus melatih diri sendiri untuk mikir dulu baru ngomong untuk merombak kebiasaan waktu kecil. Supaya kita tidak bertindak seperti anak-anak. Anda setuju?
Senin, 02 Februari 2009
Tenggang Rasa Seorang Pesumo

MJ Dalam satu wawancara dengan seorang jawara SUMO, seorang wartawan asing menanyakan, "Mengapa kita tidak melihat adanya ekspresi emosi yang gembira dari seorang pesumo setelah dia memenangi sebuah pertandingan?" Memang mereka memasang wajah "datar-datar" saja, baik yang kalah maupun yang menang. Hal ini tidak seperti yang kita jumpai pada pertandingan olah raga yang lain.
Jawabannya, mengajarkan suatu kebajikan kepada kita semua.
"Buat apa? Kita menyadari bahwa yang baru kita kalahkan adalah seorang manusia juga"
Minggu, 01 Februari 2009
Haruskah kita akrab dengan semua orang?
MJ Saya ingin jadi orang yang baik. Maksudnya, baik dengan semua orang. Itulah sebabnya saya berusaha untuk berteman dengan semua orang, termasuk kerabat suami, tetangga, kolega suami dan kenalan jemaat gereja. Teori dan teknik untuk mengenal seseorang dengan lebih baik saya coba; mulai dari hafal namanya-saya tak pernah punya masalah dengan yang ini, menunjukkan sikap menghargai, mau menerima kepribadiannya, menunjukkan interes dengan menanyakan apa yang jadi kesukaannya, dll.
Tetapi setelah bertahun-tahun berusaha tetap saya tidak berhasil menjalin hubungan yang akrab dengan semua orang. Apalagi untuk menjalin relasi perlu usaha dari kedua pihak. Hanya beberapa orang saja yang bisa saya sebut sebagai sahabat. Hanya dengan mereka lah ada kecocokan "chemical". Ngomongin apa saja rasanya pas, sehingga kita merasa santai dan bisa bicara terbuka, termasuk menerima kekurangan-kekurangan kita, bahkan tertawa atas kesalahan masing-masing tanpa merendahkan atau merasa direndahkan. Enjoy aja!
Ternyata saya belajar bahwa kita tidak "harus" bisa akrab dengan semua orang untuk menjadi orang baik, tapi yang lebih penting adalah mengusahakan untuk damai dengan semua orang. Karena orang yang membawa damai, akan berbahagia dan disebut anak-anak Allah. (Injil Matius 5:9). Yang kedua kita harus berusaha ramah kepada semua orang (2Timotius 2:24). Kita tidak bertanggung jawab untuk sikap mereka kepada kita, tetapi kita bertanggungjawab atas sikap kita kepada orang lain.
Ditulis oleh Paulus berdasarkan pengalaman Linda.
Tetapi setelah bertahun-tahun berusaha tetap saya tidak berhasil menjalin hubungan yang akrab dengan semua orang. Apalagi untuk menjalin relasi perlu usaha dari kedua pihak. Hanya beberapa orang saja yang bisa saya sebut sebagai sahabat. Hanya dengan mereka lah ada kecocokan "chemical". Ngomongin apa saja rasanya pas, sehingga kita merasa santai dan bisa bicara terbuka, termasuk menerima kekurangan-kekurangan kita, bahkan tertawa atas kesalahan masing-masing tanpa merendahkan atau merasa direndahkan. Enjoy aja!
Ternyata saya belajar bahwa kita tidak "harus" bisa akrab dengan semua orang untuk menjadi orang baik, tapi yang lebih penting adalah mengusahakan untuk damai dengan semua orang. Karena orang yang membawa damai, akan berbahagia dan disebut anak-anak Allah. (Injil Matius 5:9). Yang kedua kita harus berusaha ramah kepada semua orang (2Timotius 2:24). Kita tidak bertanggung jawab untuk sikap mereka kepada kita, tetapi kita bertanggungjawab atas sikap kita kepada orang lain.
Ditulis oleh Paulus berdasarkan pengalaman Linda.
Langganan:
Komentar (Atom)
